Beterbangan, melayang, mengambang di udara
Menempel di dedaunan kering, ia diam, ia bisu, ia tuli
Kemudian terbang lagi tertiup angin
Menempel pada raut wajah kuyu
Sayup-sayup terdengar rintihan memelas
Teriakan yang menyayat nurani suci
Mengais dari iblis-iblis yang baik hati
Ia menjadi saksi walau membisu, ia menangis tanpa air mata
Iapun ikut merintih ketika asap teknologi hinggap di dahinya
Tak rela rasanya kesuciannya ternoda
Di cerca dan di caci pejalan kaki,
Di benci para konglomerat berdasi
Tak sanggup rasanya menatap ketertindasan ini
Terkikisnya nurani insan yang mengutamakan gengsi
Tetapi inilah kenyataan
Tatkala kebenaran terlihat samar-samar
Manakala kebatilan merajai hati nurani
Tatkala asa pergi dari raga yang letih
Inilah yang terlintas di imajinasi
Biarlah tuhan yang menghakimi
Biarlah alam yang mencatat semua ini
Biarlah aku tetap menjadi debu-debu dikota ini
Yang kan bicara di alam yang dinanti-nanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar