Senin, 26 Januari 2009

Cahaya

yup, gerah memang kalau gak ada cahaya. kehidupan serasa berhenti bernafas. puyeng juga kalau sering mati lampu, cahaya lenyap ditelan gelap...
hu...h, kapan ya rumahku yang mungil di ujung jalan, ditengah rerimbunan pohon karet "bersinar"...
kesel kadang ngeliat wakil-wakil rakyat yang selalu memanfaatkan momen gelap bwt jadi bahan kampanye" PLN segera Masuk"...gitu bualnya.....
padahal di kota lampu berbinar-binar menerobos gelap, umbar syahwat di diskotik, bersujud di masjid, tertegun dipinggir jalan, terkantuk di trotoar......
begitu borosnya sehingga hampir setiap poster para calon dewan "penghianat" rakyat dapat tersenyum dalam reklame yang tersusun acak kadut.....
aku merindukan ketika si "mbok" memasak gak perlu pake "ublik" lagi, terlebih malah tinggal colok jugaketika strika. kasian sebenarnya tangan-tangan pengasuh bayi jika harus bakar tempurung kelapa dulu kalau mau strika.....

aku iri jika denger cerita para khalifah yang dulu katanya mampu memakmurkan rakyatnya hingga batas yang sangat luar biasa, seperti khalifah umar yang rela memikul sendiri gandum buat seorang janda yang kelaperan. atau umar bin abdul aziz yang mampu memakmurkan hampir seluruh rakyatnya, sehingga afrika dulu tidak ada satupun yang mau menerima zakat.........
jika ngeliat pemimpin kita sekarang.....................
jau....................h banget......

kapan Allah akan memberi kemenangan ya...............
hik hik hik..........
sedih jika ngeliat sekarang ini, kehidupan semakin biadab saja....

1 komentar:

  1. hehehe memang cahay sudah seharusnya jadi milik kita semua....
    pemerintah wajib mengahdirkan ditenggah-tengah kita...
    jika melihat sumber daya alam kita yang melimpah ruah, tidak ada alsan lagi buat tidak ada...
    emangat zainal

    BalasHapus